Sekilas tentang Total Quality Management (TQM)

Pengertian Total Quality Management
Menurut Tjiptono dan Diana (2003:4) untuk mempermudah pemahamannya, pengertian TQM dapat dibedakan dalam dua aspek. Aspek pertama berbicara tentang apa itu TQM sedangkan aspek kedua berbicara tentang bagaimana mencapainya. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli kualitas menyiratkan bahwa TQM adalah perpaduan fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi yang berhubungan dengan pelibatan anggota organisasi, teamwork, produktivitas, berorietasi pada kualitas dalam upaya memenuhi kebutuhan konsumen dan karyawan. Ishikawa (Sularso, 2004:73) mengemukakan bahwa: TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas dan kepuasan konsumen.

Hardjosoedarmo (2004:1) mengemukakan bahwa: TQM adalah penerapan metode kuantitatif dan pengetahuan kemanusiaan untuk memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan organisasi, memperbaiki semua proses penting dalam organisasi, dan memperbaiki upaya-upaya memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan jasa pada masa kini dan di masa mendatang.
 
Definisi lainnya mengemukakan bahwa TQM adalah sebuah filosofi manajemen yang mengarah pada perubahan dan perbaikan input, proses dan output organisasi dalam jangka panjang. Menurut Robbins (Hamidah, 2003:278) TQM adalah a philosophy of management that is driven by the constan attainment of customer satisfaction through the continous improvement of all organization process.
 
International Organization for Standardization (ISO) mendefenisikan bahwa: TQM is a management approach for an organization, centered on quality, based on the participation of all its members and aiming at long-term success through customer satisfaction, and benefits to all members of the organization and to society (http://en.wikipedia.org/wiki/ Total_Quality_Management, 1 Maret 2007).
 
Wilkinson (Semuel, 2003:74) mengemukakan bahwa TQM memiliki dua sisi kualitas, yaitu hard side of quality dan soft side of quality. Hard side of quality meliputi upaya perbaikan proses produksi mulai dari desain produk sampai dengan penggunaan alat-alat pengendalian seperti SPC dan perubahan organisasional lainnya dengan harapan dapat meningkatkan kualitas produk dan memuaskan kebutuhan konsumen. Sedangkan soft side of quality lebih terfokus pada upaya menciptakan kesadaran karyawan akan pentingnya arti kepuasan konsumen dan menumbuhkan komitmen karyawan untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan produktivitas.

Manfaat Penerapan Total Quality Management
Secara spesifik Total Quality Management memiliki beberapa manfaat, baik yang berhubungan langsung dengan aspek kehidupan kerja secara operasional maupun yang berhubungan dengan nilai-nilai organisasi secara strategis. Menurut Tjiptono dan Diana (2003:10) penerapan Total Quality Management di dalam perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan laba serta daya saing perusahaan bersangkutan. Lebih lanjut, Tjiptono dan Diana (2003:10) mengelompokkan manfaat TQM kedalam dua kelompok yang disebut manfaat rute pasar dan manfaat rute biaya. Manfaat rute pasar berhubungan dengan perbaikan posisi perusahaan sedangkan manfaat rute biaya berhubugan dengan peningkatan output yang bebas dari kerusakan.

Pendapat lainnya mengemukakan bahwa TQM adalah suatu pengembangan secara berkesinambungan terhadap nilai-nilai, metode-metode dan peralatan-peralatan sistem manajemen yang bermanfaat untuk meningkatkan kepuasan karyawan dan pelanggan dengan penggunaan sumber daya secara efisien. Hellsten dan Klefjo (Harnest, 2004:7) mengemukakan bahwa TQM is a continously envolving management system consisting of values, methodologies and tools to increase internal and external customer satisfaction with a reduced amount of resource.

TQM bermanfaat melakukan perubahan dari suatu lingkungan yang saling curiga dan tertutup menuju keterbukaan dengan penuh kreativitas, dari bekerja secara individu menjadi beregu, dari bentuk organisatoris tertutup menjadi departemental terbuka, dari suatu gaya manajemen otokratik kepada kendali seorang pemimpin yang lebih lembut, dari kuasa yang terpusat di puncak kepada kuasa bersama dengan karyawan, dari fokus pada hasil kepada kemajuan proses berkelanjutan, dan terakhir perubahan dari pembuatan keputusan berdasarkan intuisi kepada suatu pendekatan analitik manajemen yang berdasarkan fakta. Cascio (Hamidah, 2003: 279) mengemukakan bahwa : TQM requires a change in organization culture, a fundamental change in the way individuals and groups approach their work and their roles in the organization, that is, from an environment of distrust and fear of reprisal to one of openness and trust where creativity can flourish; from working as individuals to working as teams; from protection of organizational turfs to the breakdown of departemental bariers; from an outocratic management style of direction and control to a softer style of a team leader and coach, from power concentrated at the top to power shared with employees; from a focus on results to focus on continuous improvement of the processes that deliver the result; and finally a change from making decision based on gut feel to an analytic, fact-based approach to management.

Konsep dan Prinsip Total Quality Management
TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas internasional. Bounds, et al., mengemukakan bahwa penerapan TQM dalam lingkungan organisasi mengandung tiga unsur utama, yaitu strategi nilai pelanggan, sistem organisasional, dan perbaikan kualitas berkelanjutan. Sedangkan Gazpersz (2006:14) membagi konsep TQM tersebut keatas tujuh unsur, yaitu:
1. Visionary Transformation (Transformasi Visi)
2. Infrastucture (Infrastruktur)
3. Need for Improvement (Kebutuhan untuk Perbaikan)
4. Costomer Focus (Fokus pada Pelanggan)
5. Empowermant (Pemberdayaan)
6. New Views of Quality (Pandangan Baru tentang Kualitas)
7. Top Management Commitment (Komitmen Manajemen Puncak)

Tenner dan Detoro (Hamidah, 2003:280) membagi elemen-elemen TQM kepada tiga prinsip utama yaitu :
1. Fokus pada konsumen (Customer Focus). Mutu didasarkan pada konsep bahwa perusahaan memiliki konsumen dan dituntut untuk melakukan pemenuhan atas kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen. Tenner dan Detoro (Hamidah, 2003:280) mengungkapkan bahwa: Quality is based on the concept that everyone has a customer and that the requirements, needs, and expectation of that customer must be met every time if the organization as a whole is going to meet the needs of the external customer. Konsep konsumen dibedakan kedalam dua jenis, yaitu konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal adalah mereka dalam organisasi yang menggunakan produk atau jasa untuk diproses lebih lanjut. Sedangkan konsumen eksternal adalah pemakai akhir produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi.
2. Perbaikan Proses Berkesinambungan (Continuous Process Improvement). Konsep perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan premisi bahwa pekerjaan adalah hasil satu rangkaian aktivitas dan langkah-langkah kegiatan yang berkaitan dengan menghasilkan output. Perbaikan secara terus menerus bagi setiap langkah dalam proses kerja dapat mengurangi keragaman dari output dan memperbaiki keandalan. Tenner dan Detoro (Hamidah, 2003:281), mengungkapkan bahwa the concept of continuous improvement is bulit on the premise that work is the result of a series of interrelated steps and activities that result in an output.
3. Keterlibatan Terpadu (Total Involvement). Tenner dan Detoro (Hamidah, 2003: 281-282) menyebutkan bahwa total involvment merupakan semua upaya untuk mengoptimalkan semua kemampuan karyawan sehingga organisasi memperoleh keuntungan yang kompetitif. Keterlibatan terpadu terdiri dari dua elemen utama. Manajemen Usahawan Indonesia

Feel Free to Comment


Next Previous Home