Berbagai usaha yang dilakukan oleh manusia tentunya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya.Dalam memenuhi kebutuhannya seseorang akan berperilaku sesuai dengan dorongan yang dimiliki dan apa yang mendasari perilakunya. Mengingat kebutuhan orang yang satu dengan yang lain berbeda-beda tentunya yang menjadi motif dan cara untuk memperolehnya akan berbeda pula. Teori motivasi merupakan konsep yang bersifat memberikan penjelasan tentang kebutuhan dan keinginan seseorang serta menunjukkan arah tindakan yang disebabkan oleh perilakunya dalam memenuhi kebutuhan dan atau akibat dari rangsangan.
Sebelum melakukan pembahasan yang lebih mendalam tentang motivasi kerja, terlebih dahulu dikemukakan pengertian motif. Menurut Nawawi (2005:351) kata motivasi (motivation) berasal dari kata dasar motif (motive) yang berarti dorongan, alasan atau sebab-sebab yang melatarbelakangi tindakan seseorang. Secara operasonal, Hasibuan (2007:95) mengatakan bahwa motif adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang; setiap motif mempunyai tujuan tertentu untuk dicapai. Moekijat (Hasibuan, 2007:95) berpendapat bahwa motif adalah suatu pengertian yang mengandung semua alat penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Sedangkan William J. Stanton (Mangkunegara, 2005:93) mendefinisikan bahwa motif adalah kebutuhan yang distimulasi yang berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai rasa puas. Kedua perumusan motif yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa motif adalah dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang dalam mencapai kepuasan. Tindakan manusia yang dilakukan secara sadar disebut sebagai tindakan bermotif. Menurut Para ahli psikologi berusaha mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan motif yang ada dalam diri manusia atau suatu organisme ke dalam beberapa golongan. Oleh karena itu, hingga saat ini terdapat berbagai cara mengklasifikasikan motif manusia. Ada pengklasifikasian motif yang mendasarkan pada reaksi seseorang terhadap stimulus yang datang, ada yang mendasarkan pada asal-usul tingkah laku, ada pula yang mendasarkan pada tingkat kesadaran orang bertingkah laku, di samping dasar-dasar lainnya. Dalam pembahasan ini, penulis akan membatasi pada beberapa pengklasifikasian motif manusia yang sudah banyak dikenal. Pengklasifikasian yang dimaksud adalah:
1. Motif Primer dan Motif Sekunder. Pengklasifikasian motif menjadi motif primer dan motif sekunder didasarkan pada latar belakang perkembangan motif. Suatu motif disebut motif primer bila dilatarbelakangi oleh proses fisio-kemis di dalam tubuh. Dengan kata lain, motif primer ini bergantung pada keadaan fisiologis, terutama bertujuan mempertahankan equilibrium di dalam tubuh individu. Adapun motif sekunder tidak bergantung pada proses fisio-kemis yang terjadi di dalam tubuh tetapi bergantung pada pengalaman seseorang.
2. Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik. Berdasarkan sumbernya, motif dapat digolongkan kepada motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik, yaitu motif-motif yang dapat berfungsi tanpa harus dirangsang dari luar. Sedangkan motif ekstrinsik ialah motif-motif yang berfungsi karena ada perangsang.
3. Motif Tunggal dan Motif Bergabung. Berdasarkan banyaknya motif yang bekerja di belakang tingkah laku manusia, motif dapat dibagi menjadi motif tunggal dan motif bergabung. Handoko (dalam Sobur, 2003) menyebut motif bergabung ini sebagai motif kompleks. Motif kegiatan-kegiatan kita bisa merupakan motif tunggal ataupun motif bergabung.
4. Motif Mendekat dan Motif Menjauh. Pengklasifikasian motif menjadi motif mendekat dan motif menjauh didasarkan pada reaksiorganisme terhadap rangsang yang datang. Suatu motif disebut motif mendekat bila reaksi terhadap stimulus yang datang bersifat mendekati stimulus; sedangkan motif menjauh terjadi bila respons terhadap stimulus yang datang sifamya menghindari stimulus atau, menjauhi stinftulus yang datang. Stimulus yang menimbulkan respons mendekat disebut stimulus positif, sedangkan stimulus yang menimbulkan respons menjauh disebut stilumus negatif.
5. Motif Sadar dan Motif Tak Sadar. Pengklasifikasian motif menjadi motif sadar dan motif tidak sadar, semata-mata didasarkan pada taraf kesadaran manusia terhadap motif yang sedang melatarbelakangi tingkah lakunya. Apabila seseorang bertingkah laku dan orang tersebut tidak bisa mengatakan alasannya, motif yang menggerakkan tingkah laku itu disebut motif tidak sadar. Sebaliknya, jika seseorang bertingkah laku tertentu dan mengerti alasannya berbuat demikian, motif yang melatarbelakangi tingkah laku itu disebut motif sadar.
6. Motif Biogenetis, Sosiogenetis, dan Teogenetis. Ditinjau dari sudut asalnya, motif pada diri manusia dapat digolongka dalam motif biogenetis dan motif yang sosiogenetis, yaitu motif yang berkem pada diri orang dan berasal dari organismenya sebagai makhluk biologis, dan motif-motif yang berasal dari lingkungan kebudayaannya. Motif biogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari kebutuhan organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Selanjutnya, motif sosiogenetis adalah motif-motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang. Selain kedua motif di atas, ada pula motif lain yang disebut teogenetis. Motif-motif ini berasal dari interaksi antara manusia dan Tuhan, seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari saat ia berusaha merealisasi norma-norma agama tertentu.
Menurut pendapat Winardi (Karapesina, 2007:) istilah motivasi diadopsi dari perkataan bahasa latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (to move). Dengan demikian, secara etimologi motivasi berkaitan dengan hal-hal yang mendorong, menggerakkan atau yang melatarbelakangi seseorang untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan. Secara luas, motivasi digambarkan sebagai satuan kekuatan yang mendorong seseorang untuk bertindak dengan cara-cara tertentu, sebagai mana dikemukakan olehGriffin dan Ebert (1993:214) bahwa motivation, broadly defined, is the sets of forces that couse people to behave in certain way. Norman R. F. Maier (Zainun, 2004:20) mengungkapkan bahwa seorang ahli psikologi industri (Argyris) membedakan motivasi ke dalam dua macam keadaan. Keadaan pertama dinamakan situasi motivasi subyektif, merupakan keadaan yang berada dalam diri seseorang yang disebut dengan kebutuhan (need) atau dorongan (drive) atau keinginan (desire). Menurut Peterson dan Plowman (Hasibuan, 2007:93) keinginan-keinginan tersebut adalah The desire to live, The desire for possession, desire for power, dan desire for recognation. Keinginan untuk hidup merupakan keinginan utama dari setiap orang. Manusia bekerja untuk dapat makan dan makan untuk dapat melanjutkan hidupnya. Keinginan untuk memiliki sesuatu merupakan keinginan yang kedua dan merupakan sebab mengapa manusia mau bekerja. Selangkah diatas keinginan memiliki sesuatu adalah keinginan berkuasa, mendorong orang lain untuk bekerja. Keinginan terakhir adalah keinginan akan pengakuan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan atas perbuatannya. Siagian (dalam Wahyuddin, 2003) menyatakan bahwa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya pada umumnya adalah sesuatu yang mempunyai arti penting bagi dirinya sendiri dan bagi instansi. Orang mau bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya, baik itu kebutuhan yang disadari maupun kebutuhan yang tidak disadari. Wayne F. Cascio dalam (Hasibuan, 2007:95) mengatakan bahwa Motivation is a force that result from an individual desisre to satisfy their needs. Motivasi merupakan suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Senada dengan itu, Koontz dalam Djati (1999:26) menyatakan bahwa Motivasi adalah sebagai suatu reaksi, yang diawali dengan adanya kebutuhan yang menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan, yang selanjutnya menimbulkan tensi (ketegangan) yaitu keinginan yang belum terpenuhi, yang kemudian menyebabkan timbulnya tindakan yang mengarah pada tujuan dan akhirnya memuaskan keinginan. Rumusan tersebut didukung pula oleh pendapat yang dikemukakan oleh Werther and Davis dalam Djati (1999:26) bahwa Motivation is a person’s drive to take an action because that person wants to do so. If people are pushed, they are merely reacting to pressure, They act because thay feel that they have to. However if they are motivated, they make the positive choise to do something because they see this act as meaningful to them. Motivasi adalah dorongan yang ada pada diri setiap orang untuk melakukan suatu tindakan karena kemauannya sendiri. Jika didorong, orang akan merasa terpaksa, mereka bertindak sebab merasa harus. Namun jika termotivasi, mereka membuat pilihan positif untuk melakukan sesuatu karena mereka melihat bahwa tindakan tersebut sangat berarti baginya. Jadi, seseorang yang termotivasi cenderung melakukan pekerjaan dengan senang hati dan penuh kerelaan sehingga tidak memerlukan banyak pengawasan.
Keadaan kedua dinamakan dengan situasi motivasi obyektif dan merupakan keadaan yang berada di luar diri seseorang yang disebut dengan istilah rangsangan (incentive) atau tujuan (goal). Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong seseorang agar ia berbuat sesuatu melalui pemberian stimulasi yang berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai kepuasan. W. Jack Duncan dalam Indrawijaya (2002:68) mengatakan bahwa from a managerial prospective, motivation refers to any conscious attempt to influence behavior toward the accomplishment of organizational goals. Ditinjau dari perspektif manajerial, motivasi merupakan beberapa usaha sadar yang dilakukan oleh pimpinan suatu organisasi untuk mempengaruhi perilaku bawahannya guna mencapai tujuan organisasi. Hasibuan (2007:95) mendefinisikan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja objektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Pencapain tujuan organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan pimpinan dalam menciptakan lingkungan kerja yang saling mendukung dan pembayaran imbalan yang berimbang. Pegawai yang bermotivasi senantiasa mengupayakan pencapaian kinerja secara optimal. Kae E. Chung & Leon C. Megginson (Gomes, 1999:178) menyatakan bahwa Motivasi is definied as goal-directed behavior. It concerns the level of affort one exerts in pursuing a goal. Motivasi dirumuskan sebagai perilaku dan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan. Kesediaan atau motivasi seorang pegawai untuk bekerja biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus-menerus.
Motivasi instrinsik berkaitan erat dengan usaha-usaha untuk mencapai kepuasan. Setiap perasaan, kehendak, atau keinginan sangat mempengaruhi kemauan individu sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku dan bertindak. Sastrohadiwiryo (2005:267) mendefinisikan bahwa: Motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau menggerakkan dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Kae E. Chung dan Leon C. Megginson (dalam Gomez, 199:178) bahwa motivasi is definied as goal-directed behavior. It concerns the level of affort one exerts in pursuing a goal. It is closely related to employee satisfaction and job performance. Motivasi dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar kepuasan dan performansi kerja.
Motivasi ekstrinsik adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Merle J. Moskowitz (dalam Hasibuan, 2007:96) mengutarakan bahwa motivation is usually defined the initiatif and direction of behavior. Lebih tegas, Liang Cie (dalam Samsudin, 2006:281) mengemukakan bahwa motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh manajer dalam memberikan inspirasi, semangat, dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini pegawainya, untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu. Motivasi merupakan dorongan yang bertujuan untuk menggiatkan pegawai agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil yang dikehendaki.
Kajian tentang motivasi menjadi penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, mendorong dan mendukung perilaku manusia agar mau berusaha dengan giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal. Manusia dalam berperilaku secara sadar maupun tidak sadar didasari atas suatu dorongan untuk mencapai suatu tujuan, karena itulah dalam bekerja mereka perlu dimotivasi. Hasibuan (dalam Wahyuddin, 2003:4) merumuskan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Tidak tertutup kemungkinan bahwa perilaku sadar dan tidak sadar manusia juga didorong oleh suatu paksaan untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak disenangi. Dalam kenyataannya, perbuatan yang dilakukan dengan terpaksa cenderung berlangsung tidak efektif dan tidak efesien. Oleh karena itu, dorongan yang diberikan kepada para pegawai dalam bekerja hendaknya selaras dengan keinginan pegawai tersebut.
Menurut pendapat Winardi (Karapesina, 2007:) istilah motivasi diadopsi dari perkataan bahasa latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (to move). Dengan demikian, secara etimologi motivasi berkaitan dengan hal-hal yang mendorong, menggerakkan atau yang melatarbelakangi seseorang untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan. Secara luas, motivasi digambarkan sebagai satuan kekuatan yang mendorong seseorang untuk bertindak dengan cara-cara tertentu, sebagai mana dikemukakan oleh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan atas perbuatannya. Siagian (dalam Wahyuddin, 2003) menyatakan bahwa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya pada umumnya adalah sesuatu yang mempunyai arti penting bagi dirinya sendiri dan bagi instansi. Orang mau bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya, baik itu kebutuhan yang disadari maupun kebutuhan yang tidak disadari. Wayne F. Cascio dalam (Hasibuan, 2007:95) mengatakan bahwa Motivation is a force that result from an individual desisre to satisfy their needs. Motivasi merupakan suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Senada dengan itu, Koontz dalam Djati (1999:26) menyatakan bahwa Motivasi adalah sebagai suatu reaksi, yang diawali dengan adanya kebutuhan yang menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan, yang selanjutnya menimbulkan tensi (ketegangan) yaitu keinginan yang belum terpenuhi, yang kemudian menyebabkan timbulnya tindakan yang mengarah pada tujuan dan akhirnya memuaskan keinginan. Rumusan tersebut didukung pula oleh pendapat yang dikemukakan oleh Werther and Davis dalam Djati (1999:26) bahwa Motivation is a person’s drive to take an action because that person wants to do so. If people are pushed, they are merely reacting to pressure, They act because thay feel that they have to. However if they are motivated, they make the positive choise to do something because they see this act as meaningful to them. Motivasi adalah dorongan yang ada pada diri setiap orang untuk melakukan suatu tindakan karena kemauannya sendiri. Jika didorong, orang akan merasa terpaksa, mereka bertindak sebab merasa harus. Namun jika termotivasi, mereka membuat pilihan positif untuk melakukan sesuatu karena mereka melihat bahwa tindakan tersebut sangat berarti baginya. Jadi, seseorang yang termotivasi cenderung melakukan pekerjaan dengan senang hati dan penuh kerelaan sehingga tidak memerlukan banyak pengawasan.
Keadaan kedua dinamakan dengan situasi motivasi obyektif dan merupakan keadaan yang berada di luar diri seseorang yang disebut dengan istilah rangsangan (incentive) atau tujuan (goal). Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong seseorang agar ia berbuat sesuatu melalui pemberian stimulasi yang berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai kepuasan. W. Jack Duncan dalam Indrawijaya (2002:68) mengatakan bahwa from a managerial prospective, motivation refers to any conscious attempt to influence behavior toward the accomplishment of organizational goals. Ditinjau dari perspektif manajerial, motivasi merupakan beberapa usaha sadar yang dilakukan oleh pimpinan suatu organisasi untuk mempengaruhi perilaku bawahannya guna mencapai tujuan organisasi. Hasibuan (2007:95) mendefinisikan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja objektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Pencapain tujuan organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan pimpinan dalam menciptakan lingkungan kerja yang saling mendukung dan pembayaran imbalan yang berimbang. Pegawai yang bermotivasi senantiasa mengupayakan pencapaian kinerja secara optimal. Kae E. Chung & Leon C. Megginson (Gomes, 1999:178) menyatakan bahwa Motivasi is definied as goal-directed behavior. It concerns the level of affort one exerts in pursuing a goal. Motivasi dirumuskan sebagai perilaku dan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan. Kesediaan atau motivasi seorang pegawai untuk bekerja biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus-menerus.
Motivasi instrinsik berkaitan erat dengan usaha-usaha untuk mencapai kepuasan. Setiap perasaan, kehendak, atau keinginan sangat mempengaruhi kemauan individu sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku dan bertindak. Sastrohadiwiryo (2005:267) mendefinisikan bahwa: Motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau menggerakkan dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Kae E. Chung dan Leon C. Megginson (dalam Gomez, 199:178) bahwa motivasi is definied as goal-directed behavior. It concerns the level of affort one exerts in pursuing a goal. It is closely related to employee satisfaction and job performance. Motivasi dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar kepuasan dan performansi kerja.
Motivasi ekstrinsik adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Merle J. Moskowitz (dalam Hasibuan, 2007:96) mengutarakan bahwa motivation is usually defined the initiatif and direction of behavior. Lebih tegas, Liang Cie (dalam Samsudin, 2006:281) mengemukakan bahwa motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh manajer dalam memberikan inspirasi, semangat, dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini pegawainya, untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu. Motivasi merupakan dorongan yang bertujuan untuk menggiatkan pegawai agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil yang dikehendaki.
Kajian tentang motivasi menjadi penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, mendorong dan mendukung perilaku manusia agar mau berusaha dengan giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal. Manusia dalam berperilaku secara sadar maupun tidak sadar didasari atas suatu dorongan untuk mencapai suatu tujuan, karena itulah dalam bekerja mereka perlu dimotivasi. Hasibuan (dalam Wahyuddin, 2003:4) merumuskan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Tidak tertutup kemungkinan bahwa perilaku sadar dan tidak sadar manusia juga didorong oleh suatu paksaan untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak disenangi. Dalam kenyataannya, perbuatan yang dilakukan dengan terpaksa cenderung berlangsung tidak efektif dan tidak efesien. Oleh karena itu, dorongan yang diberikan kepada para pegawai dalam bekerja hendaknya selaras dengan keinginan pegawai tersebut.
Related Article:
1. Teori-Teori Motivasi2. Artikel tentang Motivasi
3. Penelitian komparasi tentang motivasi hidup mandiri pada anak-anak asuh di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Serangan, Yogyakarta antara yang tinggal di dalam panti dan yang tinggal di luar panti
5. Usahasama korporat (Siri Motivasi Usahawan)
3. Penelitian komparasi tentang motivasi hidup mandiri pada anak-anak asuh di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Serangan, Yogyakarta antara yang tinggal di dalam panti dan yang tinggal di luar panti