Nama Ralph Lauren menjadi salah satu selebritis terkaya di dunia versi Forbes 2010. Namanya disejajarkan dengan Steven Spielberg dan Oprah Winfrey. Kesuksesan Ralph ternyata tak lebih dari kehebatannya menjual mimpi.
Ralph Lauren, pria kelahiran Bronx, 14 Oktober 1939 ini adalah sosok yang sangat optimis. Ini terbukti ketika ia belum menjadi perancang busana ternama dunia. Suatu kali, di saat usianya masih remaja, Ralph pernah miris saat ingin membeli sebuah jacket yang sangat dikagumi. Karena, harga jacket itu sangat mahal.
Meski demikian, ia tetap saja membeli jacket itu dari uang yang ia tabung dari pekerjaan sampingannya di luar sekolah. Mengapa ia membeli jacket itu, sekalipun mahal? Inilah yang menjadi pertanyannya, apa yang membuat jacket itu sedemikian mahalnya? Itulah yang kemudian menjadi motivasi besarnya di kemudian hari. Yang jelas, Ralph yang waktu itu masih berusia 12 tahun, mengaku kelihatan sangat keren dan percaya diri setelah mengenakan jacket itu.
Dari sini, keinginan Ralph untuk menjadi desainer mulai bangkit meskipun sebenarnya impian itu masih sangat jauh dari kenyataan. Namun, mengingat Ralph berasal dari keluarga kelas menengah di Amerika, impian besar itu bisa jadi hanyalah sebuah mimpi yang terlalu muluk-muluk.
Namun, Ralph terus berupaya untuk mewujudkan impiannnya itu dengan bekerja keras. Meski ketertarikannya pada fashion sangat kuat, namun ia memilih untuk kuliah bisnis City College, Manhattan. Malam dia kuliah, sementara siang dia bekerja di Brooks Brothers, sebagai salesman sarung tangan. Sayangnya, dia drop out setelah dua tahun kuliah.
Polo
Setelah tamat dengan cepat, Ralph bekerja di perusahaan clothing A. Rivetz & Co. Ketika bekerja di perusahaan ini, Ralph mulai merancang produknya sendiri, yakni dasi. Dengan pinjaman sebesar 50 ribu USD, Ralph kemudian membuka perusahaan sendiri bernama Polo Fashions, di tahun 1968. Nama Polo sendiri, disepakatinya bersama saudaranya yang juga bekerjasama dengannya untuk merancang produk dan membesarnya brand tersebut.
Polo sukses dan menjadi mesin uang untuk kerajaan bisnis Ralph di kemudian hari. Dia menganggap dirinya sebagai orang yang beruntung dengan kemasan dan persentase yang ia buat dengan Polo. Sebuah pencapaian yang tidak didapatkannya saat kuliah bisnis.
Polo menjadi brand utama di sederetan brand fashion untuk pria pada dekade 1980-an –bahkan sampai kini. Tak mudah bagi Polo untuk mempertahankan imejnya waktu itu, apalagi perancang yang juga memiliki nama besar, Emporio Armani, hadir dengan konsep busana pria dari Italia. Tapi, Ralph tidak kehilangan akal.
“Saya tidak ingin kelihatan seperti Armani hari ini atau besok. Saya akan tetap kelihatan seperti Ralph Lauren. Dan tujuan saya ialah bergerak secara konstan di fashion dengan style yang saya buat. Tanpa menyerah mewujudkan mimpi saya,” ujar pria berdarah Yahudi ini suatu kali seperti dikutip Askmen.
Ralph terus menciptakan inovasi dengan merilis beberapa produknya berupa kemeja dan jas pria yang ia produksi di pabriknya sendiri. Ralph juga cerdas. Ia berhasil menciptakan produk elegan untuk pria-pria eksekutif. Busana pria rancangannya menjadi trend kalangan eksekutif, bukan hanya waktu tapi juga sampai sekarang.
RL for Ralph Lauren
Polo adalah simbol kesuksesan Ralph. Dengan brand yang pada tahun 1972 resmi menggunakan logo Polo, dia memenangkan penghargaan COTY Award, tahun 1970, yakni penghargaan untuk perancang busana pria terbaik. Di tahun yang sama, Polo juga menjadi style busana yang dikenakan pada film karya penulis besar Fitzgerald Gatsby, “The Great Gatsby”.
Sukses dengan Polo, Ralph kemudian melebarkan sayap bisnisnya dengan merancang busana untuk kalangan wanita. Dia memproduksi setelan jas wanita dengan menggunakan style klasik seperti pada desain jas pria. Selain itu, dia juga merancang home furniture dengan brand yang menggunakan namanya sendiri. Tahun 1984, dia mentransformasi Rhinelander Mansion milik fotografer Edgar de Evia dan Robert Denning, menjadi toko yang mengibarkan bendera Polo Ralph Lauren.
Di tahun yang sama, de Evia juga memotret sampul majalah artikel yang memuat cerita House & Garden, di kediaman Ralph di Round Hill, Jamaica. Rumah ini kemudian dijadikan sebagai Babe and Bill Paley, sebagai salah satu wujud dan mimpi Ralph menggabungkan konsep fashion dengan furniture.
Menjual mimpi. Itulah sebenarnya bisnis yang dijalankan Ralph. Beruntung dia pernah belajar bisnis yang kelak menjadikan seorang pebisnis sukses. Dan, lebih beruntung lagi ia memiliki tangan dingin di dunia fashion. Dan, klop! Jadilah Ralph menjadi bisnisman fashion sejati.
Seperti dilansir Forbes, Ralph memiliki aset senilai 4,5 miliar USD. Saat ini ia memiliki butik di Amerika, Eropa dan Asia (Cina) yang memajang etalase mimpinya: Ralph Lauren. Seperti dikutip dari website resminya, Ralphlauren.com, Ralph yang gemar mengoleksi mobil mewah ini, mengatakan apa yang dikerjakan Ralph Lauren sampai kini ‘hanyalah’ membawa mimpi-mimpi ke dunia nyata. “Bringing dreams to life…”
Sumber: http://trijayanews.com